Pages

Kamis, 24 Januari 2013

Lanjutan Novel Love In Junior High School Part VI (Wening_26)


Kesalahan Kedua

Hari-hari yang dulunya sepi hingga menusuk hati, kini hilang sudah. Dia telah mengisi ruang kesunyian di dalam hatiku dengan kata-kata cinta. Malam yang tadinya gelap, kini berubah jadi terang. Malam yang tadinya dingin hingga terasa sampai tulang, kini berubah jadi hangat. Karena kasihnya, karena sayangnya dan karena cintanya.
Sempat aku berharap, kalau dia akan menjadi yang pertama dan terakhir untukku. Tapi, tentu saja kemungkinan hal itu terjadi sangat kecil. Di samping umur kita yang masih kecil juga, banyak banget cewek-cewek yang bisa bikin dia nglirik. Aku tau kalau aku nggak pantes jadi pacarnya. Aku itu cewek yang ceroboh, selalu berpikir negative thingking, sifatku kekanak-kanakan, dan bodoh. Beda banget sama Gilang, dia dewasa, pinter, berpikir logis pokoknya dia beda banget lah sama aku, dia lebih baik dari aku. Hal itu yang bikin aku takut, kalau suatu saat dia bakal ninggalin aku karena dia lebih milih cewek lain yang lebih baik dari aku.
Aku takut nglakuin kesalahan yang bikin dia marah dan mutusin aku. Tapi kali ini aku emang harus pisah sama dia. Karena suatu hal tertentu, aku takut nyakitin dia. Dari pada aku nyakitin dia lebih baik aku nyakitin diriku sendiri. Aku dah cerita semuanya sama dia, tapi setiap kali aku ngajak ketemuan dianya nolak. Sampai suatu hari ak dah nggak bisa tahan lagi, aku harus cepet-cepet ngomong sama dia. Akhrinya aku samperin dia di desanya, kebetulan temenku ada yang tiggal disana jadi aku nunggu di rumah temenku, sambil clingak-clinguk nyari Gilang, untungnya rumah temenku deket sama pondokanya Gilang, tempat tongkrongannya dia. Dan bener dia ada di situ, awalya dia lewat naik sepeda dan cuma nyapa “misi mbak”. Di dalam hatiku aku bilang “apa bisa aku bilang putus sama dia?”. Nggak lama kemudian dia balik lagi, dan bilang “misi mbak”. Dan di dalam hatiku aku berkata lagi “apa dia dah tau kalau aku mau minta putus?”. Huh, cukup sudah aku bertanya-tanya pada diriku sendiri. Aku mau langsung samperin Gilang tapi begitu aku lihat di pintu teryata dia lagi gabung sama temen-temennya. Akupun langsung ambil 5 langkah ke belakang. Tapi kayaknya mereka udah mau bubar deh, nyatanya Gilang udah mau balik. Karena Mbak Kinan temenku dan Laudia udah dorong-dorong aku biar ketemu sama Gilang jadi aku beraniin diri buat manggil Gilang. Ternyata dia denger juga aku manggil dia, tapi dia Cuma bilang “apa??” dengan nada datar sambil mengahampiriku. Saat aku mau bilang sama Gilang aku nengok ke belakang dulu mau tanya sama Mbak Kinan, kan dia pinter ngomong, eeeh malah Mbak Kinan dan Laudia lenyap entah kemana. Karna aku nggak mau langsung blak-blakan sama dia jadi aku ngomong tanpa menyebut kata putus, tapi dengan menjelaskan. Sebenarnya aku udah ngasih dia buku. Isinya tentang cerita kita, ada fotonya dia. Karna aku selalu kangen sama dia, jadi aku pajang aja di buku biar bisa dibawa kemana-mana dan bisa di buka dimana saja.
Namun, saat itu kita masih berstatus pacaran. Sampai malam harinya Mbak Kinan sms aku dan bilang “kamu kan nggak suka sama anak santri, jadi kamu nggak usah ada hubungan sama anak santri lagi”, sontak aku kaget plus bingung apa maksud dari sms itu. Terus aku sms Mbak Kinan, aku nanya tentang maksud dari sms itu. Ternyata Gilang bilang kaya gitu sama Mbak Kinan dan nyuruh bilangin ke aku. Mungkin Gilang maksud apa yang aku omongin dan mungkin juga dia marah. Tapi jujur aku lega, dan kini aku bisa tenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar