Pages

Minggu, 20 Januari 2013

EYD (Crismona -07)



Ejaan berbeda dengan mengeja. Mengeja artinya melafalkan atau menyebutkan huruf satu demi satu. Misalnya kata makan dieja menjadi  m-a-k-a-n, sedangkan ejaan sebagai kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi bahasa (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda-tanda baca. Atau ejaan adalah cara menuliskan kata-kata dan penggunaan tanda-tand baca menurut disiplin ilmu bahasa. Pedoman yang digunakan untuk menuliskan bahasa Indonesia saat ini adalah Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disemournakan.
Secara garis besar ejaan yang pernah dipakai untuk menuliskan bahasa Indonesia seperti dibawah ini.
1.       Ejaan van Ophuysen
Tahun 1901 pemerintah Belanda menetapkan penulisan bahasa Melayu dengan huruf latin Ch. A. van Ophuysen dibantu Engku Nawawi gelar Soetan Ma’mur dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim merancang tata penulis bahasa melayu. Hail rancangan tersebut akhirnya dipakai sebagai pedoman penulisan bahasa Melayu yang kemudian lebih dikenal dengan Ejaan van Ophuysen.
2.       Ejaan suwandi
Disebut Ejaan Suwandi karena pada waktu itu yang menjadi Menteri Pengajaran, pPendidikan, dan Kebudayaan adalah Suwandi. Ejaan ini berlaku sejak 1947. Ejaan Suwandi disebut juga sebagai Ejaan Republik.
3.       Ejaan yang disempurnakan
Bahasa Indonesia terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan zama. Tata penulisanya pun perlu disempurnakan. Setelah mengalami penggodogan yang cukup lama dan telah dianggap matang, pada tanggal 17 Agustus 1972 berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan baru bahasa Indonesia diresmikan penggunaanya dengan nama Ejaan Yang Disempurnakan

Referensi: Budairi, Ahmad. 2012. Letakkan Judul Artikel Disini. ( http://www.budairi.com/2012/01/eyd-pengertian-ejaan.html#.UPwAFFse5sg#ixzz2IWhDavRG
, Diakses pada )
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial Share Alike

Tidak ada komentar:

Posting Komentar