Laporan adalah suatu tulisan yang berisi uraian suatu kegiatan atau peristiwa. Laporan ada beberapa macam yaitu: laporan keuangan koperasi guru, laporan masa akhir jabatan, laporan perkembangan belajar siswa, laporan praktikum, laporan praktik, laporan buku, dll.
Laporan bisa disampaikan secara lisan maupun tertulis. Laporan lisan sesungguhnya bisa dilakukan oleh setiap orang baik terpelajar maupun bukan. Seperti misalnya, Anda meminta seorang pembantu melaporkan kegiatan berbelanja ke pasar atau melaporkan pekerjaan rumah tangga yang telah diselesaikannya, atau laporan setelah seseorang selesai melakukan kerja bakti di lingkungan tempat tinggal. Laporan seperti contoh di atas disampaikan menggunakan bahasa lisan. Tentu sudah dapat Anda bayangkan bagaimana kualitas bahasa laporan yang disampaikan dengan bahasa lisan tersebut. Kecenderungan tidak sistematis dan melanggar kaidah akan banyak terjadi pada laporan yang menggunakan bahasa lisan. Berbeda halnya jika laporan itu dilakukan secara tertulis. Meskipun berpotensi tidak sistematis juga, tetapi kecenderungannya tidak sebesar pada bahasa lisan. Jika pembuatan laporan lisan lebih menunjukkan kekurang- intelekan, maka laporan secara tertulis justru sebaliknya. Laporan tertulis lebih banyak dilakukan oleh kaum terpelajar. Contohnya laporan yang ditulis seorang guru setelah melaksanakan tugas menjadi wali kelas, atau sepulang mengikuti penataran, atau setelah menyelesaikan tugas kepanitiaan, dan lain sebagainya.
Pernahkah Anda menuliskan laporan setiap Anda selesai mengerjakan tugas Anda? Jawaban Anda mungkin sangat bervariasi. Bagi Anda yang jarang membuat laporan atau bahkan tidak pernah sekali pun, sebenarnya Anda belum mengerti bahwa sesungguhnya Anda sudah membuat laporan. Bahkan laporan tersebut sudah Anda sampaikan pada saat di ruang istirahat kepada sesama guru. Kadang pada lain kesempatan diulangi kembali kepada orang berbeda. Oleh karena laporan yang Anda sampaikan secara lisan dan tidak diformat dengan baik, maka keilmiahan laporan tersebut diragukan. Terlebih lagi bahasa lisan yang Anda pergunakan pun tidak sesuai kaidah. Bagaimana mungkin penyampaian laporan yang demikian tidak sistematis dapat dikatakan laporan yang baik? Perhatikan dialog berikut:
Guru A : ”Wah wajah Pak Dodi terlihat murung ada peristiwa apa di kelas?”
Pak Dodi : ”Saya kesal pada kelas 10.1
Guru B :” Memang ada apa?
Pak Dodi : “ Saya kecewa pada kelas 10.1. Saya memberikan tugas menulis ringkasan kepada mereka. Hasilnya hanya 10% siswa yang
mengerjakan dengan benar.
Guru A : ”Maksud Bapak, siswa yang lain tidak mengerjakan begitu?”
Pak Dodi : ”Semua siswa mengerjakan dan mengumpulkan tugas. Namun, kebanyakan mereka mengerjakannya dengan cara mengutip seluruh isi wacana, bukan ringkasan yang saya maksudkan.. Artinya saya gagal mengajar materi itu. Dengan begitu saya harus mengulang materi itu lagi. Itu berarti saya bekerja dua kali. Dan perencanaan pembelajaran yang saya sudah buat menjadi kacau.”
Saudara, tentu Anda pun sering berdialog seperti dialog di atas sekitar permasalahan siswa. Masalah pembelajaran memang seperti tidak pernah kering dari pembicaraan guru. Hampir di semua kesempatan berkumpul antarguru selalu terjadi dialog seperti itu. Bahan pembelajaran tentang siswa dan kasus-kasus pembelajaran lainnya selalu mendominasi pembicaraan santai guru. Tentu saja dialog seperti itu jika dikemas dengan baik dan disempurnakan dengan bahasa dan sistematika yang baik serta dilengkapi dengan data/fakta yang akurat akan menjadi laporan yang baik.
Data yang selalu harus ada dalam format laporan misalnya seperti berikut: identitas sekolah: yaitu nama sekolah, alamat sekolah , jumlah siswa, jam, hari, bulan, dan tahun kejadian, serta apa saja solusi yang dilakukan guru setelah kejadian tersebut. Lebih praktis lagi jika kita mempunyai format yang baku seperti salah satu contoh berikut ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar