Drama merupakan salah satu jenis karya sastra selain puisi dan prosa.
Karya drama diciptakan pengarang berdasarkan pikiran atau imajinasi,
perasaan dan pengalaman hidupnya. Drama sebagai karya sastra merupakan
objek yang terikat pada pengarang, realitas, dan penikmat. Drama berasal
dari bahasa Yunani Dram yang berarti gerak. Pementasan drama
memang lebih kepada dialog dan gerak-gerik para pemainnya di panggung.
Penonton dapat menyaksikan secara langsung peristiwa-peristiwa yang
terjadi melalui gerak-gerik tokoh dan percakapannya.
Bagian dari seni drama yang termasuk ke dalam karya sastra adalah naskah ceritanya. Sebagai karya sastra, drama memiliki keunikan tersendiri. Dia diciptakan tidak untuk dibaca saja, namun juga harus memiliki kemungkinan untuk dipentaskan. Karya drama sebagai karya sastra dapat berupa rekaman dari perjalanan hidup pengarang yang menciptakannya. Pengarang dapat diilhami pengarang lain, disamping masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar.
Karya drama merupakan karya humaniora. Karya drama merupakan objek manusia, faktor kemanusiaan atau fakta kultural, sebab merupakan hasil ciptaan manusia. Fakta drama merupakan fakta budaya. Pengalaman pribadi di dalam drama dapat dikatakan benar sebagai dasar sastra yang nyata. Seorang penulis drama memang tidak sebebas penulis karya sastra yang lain, karena dalam menulis drama pengarang harus memikirkan kemungkinan- kemungkinan agar drama itu dapat di pentaskan.
Saat menyaksikan sebuah drama yang dilakonkan, emosi penonton pun terlibat dalam cerita yang diperankan tersebut. Itu artinya, penulis naskah drama tersebut mampu membangun sebuah cerita menjadi konflik pada masing-masing tokoh sehingga cerita mengalir sebagaimana kejadian sesungguhnya. Hal itu tidak terlepas dari kemahiran penulis naskah untuk menghidupkan drama tersebut. Untuk dapat menulis naskah drama yang baik dan menarik, diperlukan latihan dan pemahaman tentang unsur-unsur yang dapat membangun sebuah naskah drama. Unsur-unsur tersebut disebut juga dengan unsur intrinsik drama.
Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah drama berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah naskah drama. Yang termasuk dalam unsur intrinsik drama adalah judul, tema, alur, perwatakan, dialog, petunjuk laku, latar, amanat, bahasa dan interpretasi.
2. Unsur Intrinsik Drama
Yang termasuk dalam unsur intrinsik drama adalah:
Judul karangan seringkali berfungsi menunjukan unsur-unsur tertentu dari karya sastra, misalnya :
Tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Tema merupakan ide pusat atau pikiran pusat, arti dan tujuan cerita, pokok pikiran dalam karya sastra, gagasan sentral yang menjadi dasar cerita dan dapat menjadi sumber konflik-konflik.
Jika dikaitkan dengan dunia pengarang, tema adalah pokok pikiran didalam dunia pengarang. Setiap karya sastra (fiksi) telah mengandung atau menawarkan tema. Tema mengikat pengembangan cerita. Tema juga sebagai premis artinya rumusan inti sari yang merupakan landasan untuk menentukan tujuan dan arah cerita. Menurut Nurgiyantoro (1995), tema dibagi dua, yaitu tema mayor ( tema pokok cerita yang menjadi dasar karya sastra itu) dan tema minor (tema tambahan yang menguatkan tema mayor).
Alur menurut Akhmah Saliman (1996 : 24) adalah jaringan atau rangkaian yang membangun atau membentuk suatu cerita sejak awal hingga akhir. Alur dalam drama dibagi menjadi babak-babak dan adegan-adegan. Babak adalah bagian dari plot atau alur dalam sebuah drama yang ditandai oleh perubahan setting atau latar. Sedangkan adegan merupakan babak yang ditandai oleh perubahan jumlah tokoh ataupun perubahan yang dibicarakan. Alur cerita ini dapat dibagi menjadi beberapa, pengenalan, pertikaian/konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan, penyelesaian.
Menurut Akhmad Saliman (1996:25: 27) berdasarkan peranannya di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yakni:
Dialog melancarkan cerita atau lakon. Dialog mencerminkan pikiran tokoh cerita. Dialog mengungkapkan watak para tokoh cerita. Dialog merupakan hubungan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Dialog berfungsi menghubungkan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Dialog juga berfungsi menggerakan cerita dan melihat watak atau kepribadian tokoh cerita.
Ada dua macam tenik dialog, yaitu monolog dan konversi (percakapan). Ada juga teknik dialog dalam bentuk prolog dan epilog. Prolog berarti pembukaan atau peristiwa pendahuluan yang diucapkan pemeran utama dalam sandiwara. Epilog berarti bagian penutup pada karya drama untuk menyampaikan atau menafsirkan maksud karya drama tersebut.
Latar mendukung dan menguatkan tindakan tokoh-tokoh cerita. Latar memberikan pijakan cerita dan kesan realistis kepada pembaca untuk menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 1995).
Bahasa yang dipilih pengarang untuk kemudian dipakai dalam naskah drama tulisannya pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti (bersifat komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan keseharian. Bahasa yang berkaitan dengan situasi lingkungan, sosial budaya, dan pendidikan.
Bahasa yang dipakai dipilih sedemikian rupa dengan tujuan untuk menghidupkan cerita drama, dan menghidupkan dialog-dialog yang terjadi di antara para tokoh ceritanya. Demi pertimbangan komunikatif ini seorang pengarang drama tidak jarang sengaja mengabaikan aturan aturan yang ada dalam tata bahasa baku.
Drama merupakan salah satu jenis karya sastra selain puisi dan prosa.
Naskah drama yang telah dibuat akan berlanjut pada pementasan drama.
Untuk dapat membawa pembaca naskah atau penonton lakon drama dalam
cerita yang disajikan, maka penulis naskah drama harus mampu membangun
cerita dan menghidupkan drama tersebut melalui unsur-unsur pembangunnya
termasuk unsur-unsur intrinsik drama.
Unsur-unsur instrinsik drama merupakan pembangun drama dari dalam cerita itu sendiri. Unsur-unsur intrinsik inilah yang akan menghidupkan cerita yang disajikan dalam drama. Berikut ini yang merupakan unsur intrinsik drama, yaitu judul, tema, alur, perwatakan, dialog, petunjuk laku, latar, amanat, bahasa dan interpretasi.
Bagian dari seni drama yang termasuk ke dalam karya sastra adalah naskah ceritanya. Sebagai karya sastra, drama memiliki keunikan tersendiri. Dia diciptakan tidak untuk dibaca saja, namun juga harus memiliki kemungkinan untuk dipentaskan. Karya drama sebagai karya sastra dapat berupa rekaman dari perjalanan hidup pengarang yang menciptakannya. Pengarang dapat diilhami pengarang lain, disamping masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar.
Karya drama merupakan karya humaniora. Karya drama merupakan objek manusia, faktor kemanusiaan atau fakta kultural, sebab merupakan hasil ciptaan manusia. Fakta drama merupakan fakta budaya. Pengalaman pribadi di dalam drama dapat dikatakan benar sebagai dasar sastra yang nyata. Seorang penulis drama memang tidak sebebas penulis karya sastra yang lain, karena dalam menulis drama pengarang harus memikirkan kemungkinan- kemungkinan agar drama itu dapat di pentaskan.
Saat menyaksikan sebuah drama yang dilakonkan, emosi penonton pun terlibat dalam cerita yang diperankan tersebut. Itu artinya, penulis naskah drama tersebut mampu membangun sebuah cerita menjadi konflik pada masing-masing tokoh sehingga cerita mengalir sebagaimana kejadian sesungguhnya. Hal itu tidak terlepas dari kemahiran penulis naskah untuk menghidupkan drama tersebut. Untuk dapat menulis naskah drama yang baik dan menarik, diperlukan latihan dan pemahaman tentang unsur-unsur yang dapat membangun sebuah naskah drama. Unsur-unsur tersebut disebut juga dengan unsur intrinsik drama.
1. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri (Nurgiyantoro, 2002). Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya
sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan
dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah drama
adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita.Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah drama berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah naskah drama. Yang termasuk dalam unsur intrinsik drama adalah judul, tema, alur, perwatakan, dialog, petunjuk laku, latar, amanat, bahasa dan interpretasi.
2. Unsur Intrinsik Drama
Yang termasuk dalam unsur intrinsik drama adalah:
- Judul
Judul karangan seringkali berfungsi menunjukan unsur-unsur tertentu dari karya sastra, misalnya :
- Dapat menunjukan tokoh utama
- Dapat menunjukan alur atau waktu
- Dapat menunjukan objek yang dikemukakan dalam suatu cerita
- Dapat mengidentifikasi keadaan atau suasana cerita
- Tema
Tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Tema merupakan ide pusat atau pikiran pusat, arti dan tujuan cerita, pokok pikiran dalam karya sastra, gagasan sentral yang menjadi dasar cerita dan dapat menjadi sumber konflik-konflik.
Jika dikaitkan dengan dunia pengarang, tema adalah pokok pikiran didalam dunia pengarang. Setiap karya sastra (fiksi) telah mengandung atau menawarkan tema. Tema mengikat pengembangan cerita. Tema juga sebagai premis artinya rumusan inti sari yang merupakan landasan untuk menentukan tujuan dan arah cerita. Menurut Nurgiyantoro (1995), tema dibagi dua, yaitu tema mayor ( tema pokok cerita yang menjadi dasar karya sastra itu) dan tema minor (tema tambahan yang menguatkan tema mayor).
- Amanat
- Plot/Alur
Alur menurut Akhmah Saliman (1996 : 24) adalah jaringan atau rangkaian yang membangun atau membentuk suatu cerita sejak awal hingga akhir. Alur dalam drama dibagi menjadi babak-babak dan adegan-adegan. Babak adalah bagian dari plot atau alur dalam sebuah drama yang ditandai oleh perubahan setting atau latar. Sedangkan adegan merupakan babak yang ditandai oleh perubahan jumlah tokoh ataupun perubahan yang dibicarakan. Alur cerita ini dapat dibagi menjadi beberapa, pengenalan, pertikaian/konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan, penyelesaian.
- Pengenalan/Eksposisi. Pengenalan adalah bagian yang mengantarkan atau memaparkan tokoh, menjelaskan latar cerita, dan gambaran peristiwa yang akan terjadi. Pada tahap ini penonton diperkenalkan dengan tokoh-tokoh drama beserta wataknya, dan fakta-fakta tertentu, baik secara eksplisit maupun implisit
- Konflik. Konflik adalah persoalan-persoalan pokok yang mulai melibatkan para pemain drama. Dalam tahap ini mulai ada kejadian (insiden) atau peristiwa yang merupakan dasar dari drama tersebut.
- Komplikasi. Komplikasi merupakan tahap dimana insiden yang terjadi mulai berkembang dan menimbulkan konflik-konflik yang semakin banyak dan ruwet. Banyak persoalan yang kait-mengait, tetapi semuanya masih menimbulkan tanda tanya.
- Klimaks. Klimaks adalah tahapan puncak dari berbagai konflik yang terjadi dalam drama tersebut. Bila dilihat dari sudut pembaca naskah atau penonton drama maka klimaks adalah puncak ketegangan. Bila dilihat dari sudut konflik maka klimaks adalah titik pertikaian paling ujung antar pemain drama.
- Resolusi/Peleraian. Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik. Jalan keluar penyelesaian konflik-konflik yang terjadi sudah mulai tampak jelas.
- Penyelesaian. Penyelesaian merupakan tahap terakhir dari sebuah drama. Dalam tahap terakhir ini semua konflik berakhir dan cerita selesai.
- Perwatakan/Karakter Tokoh
Menurut Akhmad Saliman (1996:25: 27) berdasarkan peranannya di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yakni:
- Antagonis, tokoh utama berprilaku jahat
- Protagonis, tokoh utama berprilaku baik
- Tritagonis, tokoh yang berperanan sebagai tokoh pembantu
- Sentral, tokoh yang berfungsi sebagai penentu gerakan alur cerita
- Utama, tokoh yang berfungsi sebagai pendukung tokoh antagonis atau protagonis
- Tokoh pembantu, tokoh yang berfungsi sebagai pelengkap penderita dalam alur cerita.
- Dialog
Dialog melancarkan cerita atau lakon. Dialog mencerminkan pikiran tokoh cerita. Dialog mengungkapkan watak para tokoh cerita. Dialog merupakan hubungan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Dialog berfungsi menghubungkan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Dialog juga berfungsi menggerakan cerita dan melihat watak atau kepribadian tokoh cerita.
Ada dua macam tenik dialog, yaitu monolog dan konversi (percakapan). Ada juga teknik dialog dalam bentuk prolog dan epilog. Prolog berarti pembukaan atau peristiwa pendahuluan yang diucapkan pemeran utama dalam sandiwara. Epilog berarti bagian penutup pada karya drama untuk menyampaikan atau menafsirkan maksud karya drama tersebut.
- Latar/Setting
Latar mendukung dan menguatkan tindakan tokoh-tokoh cerita. Latar memberikan pijakan cerita dan kesan realistis kepada pembaca untuk menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 1995).
- Petunjuk Laku
- Bahasa
Bahasa yang dipilih pengarang untuk kemudian dipakai dalam naskah drama tulisannya pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti (bersifat komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan keseharian. Bahasa yang berkaitan dengan situasi lingkungan, sosial budaya, dan pendidikan.
Bahasa yang dipakai dipilih sedemikian rupa dengan tujuan untuk menghidupkan cerita drama, dan menghidupkan dialog-dialog yang terjadi di antara para tokoh ceritanya. Demi pertimbangan komunikatif ini seorang pengarang drama tidak jarang sengaja mengabaikan aturan aturan yang ada dalam tata bahasa baku.
- Interpretasi
Unsur-unsur instrinsik drama merupakan pembangun drama dari dalam cerita itu sendiri. Unsur-unsur intrinsik inilah yang akan menghidupkan cerita yang disajikan dalam drama. Berikut ini yang merupakan unsur intrinsik drama, yaitu judul, tema, alur, perwatakan, dialog, petunjuk laku, latar, amanat, bahasa dan interpretasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar